Salah satu yang sedang trend di kalangan kaum hawa adalah k-pop (korean pop), baik drama maupun musiknya. Idol dan artis k-pop umumnya lebih menyentuh pada kaum hawa dengan alasan orangnya cakep-cakep, ektingnya totalitas, suaranya bagus, dan tingkahnya menggemaskan. Namun mereka lupa mayoritas dari artis tersebut adalah non muslim.
Oleh: Umu Salamah*
Semua orang pasti memiliki sosok yang dikagumi dalam hidupnya. Apalagi pada era modern seperti hari ini. Semua orang bisa mengakses berita-berita manca negara, termasuk artis-artisnya. Media digital saat ini memegang peranan penting sebagai sumber informasi utama, mampu menghadirkan suatu yang baru di tengah-tengah masyarakat. Media digital juga menjadi wahana utama penyebarluasan budaya luar kepada msyarakat kita.
Salah satu yang sedang trend di kalangan kaum hawa adalah k-pop (korean pop), baik drama maupun musiknya. Idol dan artis k-pop umumnya lebih menyentuh pada kaum hawa dengan alasan orangnya cakep-cakep, ektingnya totalitas, suaranya bagus, dan tingkahnya menggemaskan. Namun mereka lupa mayoritas dari artis tersebut adalah non muslim.
Penggemar k-pop sering terlihat berlebihan dan terlalu esktrim, sehingga terlihat obsesif, posesif, dan bahkan delusive. Sehingga tak jarang justru efek negative yang ditimbulkan. Telah terbukti beberapa tindak fanatisme yang ditampakkan oleh para fans mengakibatkan mereka melakukan hal-hal yang kurang pantas seperti mengikuti gaya berbusana idolnya atau aktivitas-aktivitas lain yang bertentangan dengan syara’.
Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Artinya: “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk ke dalamnya.”
Ketika mengidolakan seseorang, kebanyakan tidak akan mempermasalahkan tentang keyakinan yang dianutnya, hanya terkesima dan takjub dengan segala kelebihan yang dimiliki secara fisik maupun non fisik.
Bila dimengerti dari kata idola, hubungannya begitu dekat dengan kepercayaan. Sebab mengidolakan seseorang pada akhirnya berujung pengagungan. Hingga tidak heran bila orang yang mengidolakan seorang hendak melakukan sikap yang luar biasa untuk sang idola. Semacam mengikuti cara berpakaian, potongan rambut, gaya bicara dan lain-lain. Bahkan mereka senantiasa berpneampilan seperti sang idola dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Lalu bagaimana fiqih menanggapi fenomena ini?
Sebenarnya mengidolakan seseorang tidak menjadi masalah di dalam islam dengan syarat tidak keluar dari ketentuan syariat. Namun menjadi berbeda ketika yang diidolakan adalah non muslim. Mayoritas ulama mengharamkan mengidolakan non muslim, sebagian pendapat mengatakan hukumnya makruh sebagaimana dinuqil dalam kitab Hasyiyah Qulyubi. Namun semua ulama sepakat menghukumi kufur jika yang mengagumi karena kekafirannya. Allah berfirman dalam dalam QS. Al-Mujadalah (58:22);
لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ يُوَآدُّونَ مَنْ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ أَوْ أَبْنَآءَهُمْ أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.”
Dari ayat inilah para ulama merumuskan keharaman mencintai orang kafir dan membanggakan mereka.
Dalam sebuah hadist riwayat Anas Ibn Malik Ra. disebutkan,
أنَّ رَجُلًا سَأَلَ النبيَّ ﷺ عَنِ السّاعَةِ، فَقالَ: مَتى السّاعَةُ؟ قالَ: وماذا أعْدَدْتَ لَها. قالَ: لا شيءَ، إلّا أنِّي أُحِبُّ اللَّهَ ورَسوله ﷺ، فَقالَ: أنْتَ مع مَن أحْبَبْتَ
Artinya: sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang hari kiamat, dia berkata, “kapan kiamat itu?”, kemudian Rasulullah SAW balik bertanya, “memang apa yang kamu persiapakan untuk menghadapinya?”, laki-laki tersebut menjawab, “tidak satupun, kecuali rasa cintaku pada Allah dan Rasul-Nya,” lalu Rasulullah Saw., berkata, “kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai.”
Bukankah kita sebagai umat Nabi Muhammad Saw. diwajibkan agar selalu mencintai dan taat kepada beliau, supaya di akhirat kelak bisa berkumpul bersama Nabi Muhammad Saw.? Maka sudah sepantasnya sebagai umat muslim jangan sampai salah pilih dalam mengidolakan seseorang dan menjadikannya panutan, maka dari itu harus bisa membedakan mana yang haq dan mana yang bathil.
Suatu keharusan sebagi umat muslim untuk mengidolakan Nabi Muhammad Saw. Para shahabat Nabi, keturunan Nabi, para ulama, dan orang-orang shaleh. Agar kita mendapatkan berkah di dunia dan dapat berkumpul bersama dengan mereka di akhirat kelak. Semoga kita terhindar dari mengidolakan seseorang yang bahkan Allah SWT tidak izinkan bersujud di bumiNya. Aamiin.
Waallahu a’lam…
*Alumni Pondok Pesantren Putri Al-Anwar Sarang.